Sabtu, 22 November 2014

semua manis ka, sebelum ada dia

Sampai saat ini saya masih mengaggumi sosok kaka, tidak peduli dengan keburukan yang kaka punya. Dan tidak peduli seberapa jarak yang membentang antara kita.


Setelah segala antara kita telah hancur berantakan. Saya berusaha mengambil sisa-sisa serpihan yang tersisa. Saya ingin mengumpulkan dan memperbaiki semua. Saya berusaha mengumpulkan semua serpihan yang ada, memperbaikinya dan terus memperbaiki. Sampai ketika hubungan dan segala sesuatu yang hancur antara kita hampir berhasil saya perbaiki dan semua hampir pulih.
tapi mungkin saya terlalu lama, saya terlambat. Dan ketika segalanya sudah mulai membaik saya harus menerima kenyataan kalau ternyata kaka sudah bersama dia! sahabat saya.

Beberapa minggu yang lalu saya bertemu dengan dia, sahabat sekaligus kekasih baru kaka.
melihat dia mengingatkan saya kepada semua perlakuan manis kaka.
ada perasaan iri yang berkecamuk di hati, hmm betapa beruntungnya dia memiliki kaka.
betapa beruntungnya dia bisa menjadi satu-satunya di hati kaka, menjadi wanita paling teristimewa setelah ibu kaka.

Dia tidak tahu tentang kedekatan kita dulu ,ka.

yang dia tahu saya dan kaka hanya sekedar teman kenal biasa, yang pulang dan pergi bareng karna kebetulan rumah kita yang searah. Dia tidak pernah tahu lebih dari itu.
mungkin semua orang yang mengenal kita pun akan beranggapan sama ,ka. Mereka akan berpikir kita hanya sekedar teman sepermainan biasa, tapi yang saya tahu kita pernah lebih dari itu.

Dia tidak tahu betapa saya sangat ingin menangis saat itu.
dia bercerita semua tentang kaka, wajahnya sangat gembira dan matanya berbinar ketika mulutnya berucap kata demi kata yang menyenangkan tentang kalian.
dia bercerita bagaimana kaka memulai pendekatan dengannya, lalu kalian pergi ke pesta bersama, nonton bioskop dan banyak hal lainnya yang biasa di lakukan oleh sepasang kekasih pada umumnya………………………………………….. seperti yang kita lakukan dulu.

Rasanya saya ingin meledak saat itu. Tapi saya tidak mungkin merusak kebahagiaan sahabat saya.
bukankan untuk bahagia kita tidak perlu repot-repot menyakiti orang lain? mungkin belajar mengikhlaskan bisa membuat sedikit rasa bahagia.
Setelah kejadian itu mati-matian saya berusaha ikhlas.

Kemarin ada acara sekolah ka.
saya melihat kaka datang bersama dia menggunakan motor matic. Romatis. Dia terlihat melingkarkan tangannya di pinggang kaka. Manis tapi menyakitkan bagi saya.
teman-teman yang lain terlihat asik menganggu keromantisan kalian. Kalian tertawa bahagia. Dan saya memilih pergi menjauh. Maaf ka..

Dalam acara itu kalian begitu mesra. Hati ini berusaha gembira tapi tak bisa.
Melihat sosok kaka, sekarang mendapat pengganti saya yang lebih baik. Seharusnya saya bahagia, bukankah begitu?
tapi  hati saya harus terus merasa kesakitan saat saya melihat bahwa pengganti saya itu adalah sahabat saya sendiri.
saat itu ketika semua serpihan tentang kita yang berhasil saya perbaiki tiba-tiba saja hancur lagi menjadi serpihan yang lebih kecil, dan mungkin tidak akan bisa saya perbaiki lagi.

Saya berjalan melewati kaka dan dia, saya memandang lurus tanpa sedikitpun memandang ke arah. Sebelum seorang sahabat kaka berkata “sama yang ini gimana?”
kaka hanya tersenyum canggung dan teman-teman yang lain tertawa terbahak-bahak seakan tidak ada yang peduli dengan rasa sakit yang saya rasakan sekarang.

Kaka melihat saya dan mata kita bertemu. Saya tersenyum canggung  lalu lanjut berjalan. Saya pergi membelakangi kaka. Dan apa kaka tau saat itu air mata ini mengalir dengan derasnya.
menyakitkan sekali ternyata melihat seseorang yang ternyata masih kita sayang menjalin hubungan spesial dengan sahabat sendiri.

“Semua manis ,ka. Sebelum akhirnya kaka bersama dia sahabat saya..”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar