Rabu, 04 Desember 2013

"aku, dia, dan ka ben" part 2


Hari ini gue seneng banget,

Hari ini camping!!! Yeahhhh J

Gue akan mendaki bromo 3 hari kedepan! Bersama ka ben dan semua anggota pecinta alam yang semua berjumlah 20 orang. Kami di bagi 2 kelompok, 1 di ketuai oleh bang kia, kelompok 2 di ketuai bang ringgo. Bang kia dan bang ringgo adalah senior yang luar biasa handal, mereka sangat berpenggalaman soal mendaki dan camping  seperti ini, jadi kami tidak perlu terlalu khawatir.

Hari ini, tepat pukul 11.00 kami sampai di kawasan bromo, buset ini yang gue suka. Pemandangan alam itu luar biasanya indahnya. Gue sempat mengabadikan beberapa gambar keindahan bromo dari tempat gue berdiri sekarang. Ka ben memberikan ransel gue yang baru saja di turunkan dari mobil. Lalu dia mengusapkan tangannya di kepala gue “siap untuk petualangan 3 hari kedepan?!” tanyanya lalu memalingkan wajahnya dan langsung memandangi bromo.

Gue berharap ini akan jadi pengalaman tak terlupakan untuk gue. Ini juga camping dan pendakian terakhir buat gue dan ka ben. Karna setelah acara ini ka ben harus kembali focus belajar, karna dia harus menghadapi UN dan test masuk perguruan tinggi.
Lanjut ya,,
sekarang kami mulai berjalan kaki ke arah kaki bromo, di sana nanti kami akan camping. kami berjalan dengan kelompok kami. Kebetulan gue sekelompok sama ka ben dan ajenng.
Perjalanan sangat melelahkan, kami harus berjalan berjam-jam dengan beban di atas punggung kami. Gue dan ka ben berjalan di paling belakang dari barisan, agar tidak ada yang ketinggalan.
Setelah sampai lokasi, kami segera mendirikan camp, gue 1 camp dengan ajeng dan teman kami lili.
saat itu waktu sudah menunjukan pukul 4 sore. Pemandangan sekitar kaki bromo sungguh luar biasa indahnya.

Ka ben menghampiri gue di camp.
“aqila, k sana yuk.” Ajak ka ben. Gue sangat seneng ketika ka ben ngajak gue jalan-jalan, tapi kemudian ajeng berkata “ikut dong” . gue saat itu setuju saja ajeng ikut, karna gue pikir ajeng juga harus menikmati pemandangan indah bromo.
ketika di pertengahan jalan ajeng terjatuh, lalu kakinya keseleo. Gue kaget melihat itu, ka ben yang tadi berjalan di samping gue langsung berlari panic ke arah ajeng. Ka ben memijat-mijat kaki ajeng. Sesekali ajeng teriak kesakitan. Gue melihat sisi ka ben yang sangat peduli.
Ka ben lalu menggendong ajeng ke camp. Manis sekali.
Malam hari selesai doa dan makan. Ajeng kembali beristirahat di camp kami, maklum saja kakinya belum sembuh benar.
Ka ben mengajak gue pergi keluar camp, dia mengajak gue melihat-lihat pemandangan malam di sekitar bromo. Saat itu malah sangat cerah sehingga bintang-bintang bertaburan membuat aku berah berada di luar walau suasana saat itu sangat dingin. Kami berdiri di depan api unggun yang tadi di buat oleh anggota yang lain.

“malem-malem gini keren banget ya di bromo. Ini kedua kalinya aku k sini” kata ka ben
“aku pertama kalinya ke sini.” Jawab gue lalu tersenyum menatap hamparan langit yang indah.
“ini camping terakhir buat kita ya? Sedih rasanya” kata ka ben lalu menunduk
“ia. Tapi aku berharap ini bukan pertemuan terakhir kita” Jawab gue singkat
“aku ga mau ini yang terakhir buat kita. Aku seneng banget bisa kenal sama kamu. Makanya aku sedih banget sebentar lagi aku keluar dari SMA.vreda dan ninggalin kamu” kata ka ben, lalu dia menatap gue
“aku juga,” jawab gue singkat. Dalem hati gue seneng banget ka ben bilang gitu sama gue.
Hari ini pukul 4 dini hari, kami sudah berjalan menembuh embun pagi di kawasan bromo untuk mencapai puncak bromo. Kami semua akan melihat sunrise melalui puncak bromo. Ini pasti seru. Ka ben benjalan di samping gue, dia berjalan sambil merangkul gue yang kedinginan karna embun pagi di kawasan bromo itu sangat dingin.
“semangat aqila.” Kata ka ben menyemangat gue, kami berjalan sambil tangan ka ben tetap merangkul tubuhku yang hampir membeku.

1,5 jam kami berjalan. Akhirnya kami sampai di puncak bromo. Sungguh keindahan yang luar biasa. Kami saling berpelukan. Ka ben mengajak k sisi lain puncak bromo, menjauhi angkota pecinta alam yang lain. Lalu kami duduk berdua, ka ben bilang “perjalanan yang luar biasa ya.  Ini puncak dari segala teori yang kita dapet 6 bulan kemaren. Pencapaian yang luar  biasa.”
“iya aku seneng banget ka. Ga mengecewakan.” Kata gue sebelum ka ben memeluk gue.
“makasih udah jadi anggota tim yang luar biasa!” kata ka ben lalu di lanjutkan sorak sorai anggota lain yang melihat kami berpelukan.
Setelah kami berfoto-foto. Kami lalu segera pulang.
Perjalanan pulang, ka ben bergabung dengan teman-teman yang cowo.
gue dan ajeng jalan bersama,

“gue suka sama ka ben la” tiba-tiba gue mendengar kata-kata yang membuat gue kaget. Gue langsung menoleh ke arah sumber suara,  gue terbengong-bengong ternyata ajeng yang ngomong itu kepada gue. Dunia gue seakan tiba-tiba gelap, air mata seketika menetes membasahi pipi ini.

“gue tau lo sahabat gue, gue tau lo suka sama ka ben lebih dulu. Tapi gue mohon lo ngerti la, maafin gue. Tapi rasa suka ke ka ben tumbuh dengan sendirinya. Rasa suka itu gga bisa di tahan kan. Aqila. Semenjak SMA, gue jarang banget jatuh cinta.tapi semenjak gue deket sama ka ben, gue tau apa itu cinta. Gue minta maaf banget, tapi gue bener-bener sayang ka ben. Gue mohon tolong lo jauhin dia la jauhin dia, gue sahabat lo. Masa lo tega liat gue terus-terusan sakit hati ngeliat lo deket sama ka ben. Ini pertama kalinya gue jatuh cinta di SMA la.” Terang ajeng lalu kemudian menangis. Kita kami berada di barisan paling depan, sehingga tidak ada anggota lain yg melihat gue dan ajeng nangis.

“gu gue,,… gue… “ gue ga sanggup meneruskan kata-kata gue, gue nangis sejadi-jadinya, gue kecewa, sekaligus sedih yang luar biasa. Kenapa ajeng harus bilang kalau dia suka sama ka ben, di saat-saat gue ngerasain suatu kenyamanan yang luar biasa di samping ka ben.

Ketika gue menutup muka gue lalu nangis sejadi-jadinya. Tiba-tiba ada seseorang merangkul gue, tangisan gue semakin menjadi ketika  rangkulan di punggung gue semakin erat. Gue membuka mata ketika gue melihat bahwa orang yg dari tadi merangkul gue adalah ka ben , gue langsung memeluknya. Ka ben menarik gue ke pinggir, agar anggota lain mendahului kami dan kami berjalan di paling belakang.

Ka ben mengatakan kepada anggota lain bahwa gue sedang sakit sehingga mereka memperbolehkan kami berjalan di paling belakang.
“kamu kenapa?”Tanya ka ben terlihat sangat khawatir. Gue masih terisak-isak.
ka ben masih merangkul gue. “udah udah jangan nangis lagi, aku udah di sini, mau cerita?” kata ka ben.
Sepanjang perjalanan ka ben tidak melepaskan rangkulannya di punggung gue. Dia selalu berusaha berada di samping gue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar